Dear Begu : Perbedaan
Dear Begu,
Di luar hujan dan tak terpikirkan olehku untuk melakukan hal lain selain memikirkanmu.
Apakah bebek gunungku sudah tidak lagi menjadi lakon dalam fragmen cerita hidupku? Dulu hingga sekarang, aku tak pernah benar-benar siap untuk hal itu.
Hujan di bulan Juni adalah milik mereka yang telah terlatih (sebagian dengan paksa) untuk menyembunyikan rindunya di balik mekar bunga pada pepohonan yang basah oleh hujan. Hujan di bulan Juni adalah milik mereka yang pandai menelan rindunya di balik senyum dan tawa yang rekah pada bibirnya. Hujan di bulan Juni adalah tangis sekaligus penghiburan, bagi kami yang merelakan sekaligus bertahan dalam pengharapan.
Dalam 23 tahun masa hidupku, ceritamu adalah satu dari sekian cerita roman yang menjadi kesukaan. Kamu adalah kebebasan. Kenyamanan yang terbentuk antara aku dan kamu sedari awal sering kali membuatku lupa bahwa kita adalah dua tubuh yang berbeda. Kurasakan kamu adalah sebagian dari aku yang sekalipun tak pernah saling berlawanan, terus mendukung dan mengerti serta selalu hidup untukku. Aku dan kamu begitu padu, serasa satu, hingga tiba suatu waktu perbedaan ini menjadi dinding yang terus meninggi di antara kita berdua.
Perbedaan jarak tak pernah menjadi hal yang benar-benar menjadi persoalan bagiku. Terpisahkan oleh benuapun, bila memang pada akhirnya akan membawaku pada rumah yang sama denganmu, maka aku akan menunggu. Tanpa keluhan yang berarti. Namun, perbedaan keyakinan antara aku dan kamu ternyata memiliki jarak yang bahkan jauh lebih dari Amerika dan Australia. Ini bukan tentang sesuatu yang bisa kita ukur dengan besaran-besaran fisik. Bukan tentang jarak. Bukan pula tentang waktu.
Ini adalah tentang cinta kepada pemilik hidup sekaligus pencipta cinta itu sendiri. Ini tentang kecintaan kita pada Tuhan.
Seindah apapun setiap pertemuan kita untuk diulang, bila harus dibayar dengan menggadaikan cinta kepada Tuhan, maka itu tak akan pernah sepadan. Walaupun setengah mati aku ingin kembali mendengar suaramu menyapaku dengan teriakan "Hai Thaniya"-mu yang khas seperti saat awal-awal aku mengenalmu, tetap saja aku tak bisa memaksamu untuk tetap tinggal lebih lama lagi. Perpisahan adalah nyata bagi kita. Namun meski begitu, pertemuan denganmu akan selalu menjadi hal yang kusuka. Aku bersyukur atasnya, terlepas bagaimana pada akhirnya pertemuan tersebut membawa luka. Setidaknya aku pernah bahagia.
Komentar
Posting Komentar