Cerita Pedusi yang Jatuh Cinta pada Tuannya
Seorang pedusi menangkupkan
tudung
pada kepala yang
mendamba lindung
Setelah sekian kali
memanggil angin lewat senandung
Berbisik agar lembut
ia kibarkan rambut hitam sepunggung
Tergerai mengundang
sanjung
Indah meski dalam
hari mendung
Pagi itu pedusi
terbangun memeluk kerudung
Seorang pedusi terduduk
Menangkupkan selendang
pada betis hingga tengkuk
Telah sampai seorang
pedusi pada ujung kantuk
Lelah merutuk
Mengutuk
Juga melacur
Salah langkah menarik
hati bahadur
Dan di ujung senja pedusi jatuh tertidur
Pedusi bermimpi
mencari Tuannya
Jauh sekali ia
berjalan hingga serasa gila dibuatnya
Pedusi bermimpi
menapaki tula
Kanan surga kiri
neraka
Namun pedusi
tertutup matanya
Nanar ia hanya
berdiri pada persimpangan
Hingga samar ia
menangkap suara Tuan
Tuan meminta pedusi
bangun sebab pagi menjelang
Malamnya telah
tertinggal jauh di belakang
Kini tak lebih dari
sekedar memoar
Pedusi menangkap
bausastra
yang terjatuh dari pintu
firdaus di ujung barat sana
Ia baca
dan didapatinya rahasia
cinta bahadur pada bait-baitnya
Kitab itu dalil
baginya
Pedusi terus
mengekor Tuan setelahnya
Pedusi mengangguk
kala Tuan meminta
Menggelang ketika
Tuan berkata tidak
Sebelumnya, jauh sebelum
perjumpaan pedusi dengan Tuan berbuah iktifak,
Pedusi mengangguk
menggeleng sebagai bagian dari nifak
Kini patuh pedusi
merupakan simbol setia yang mutlak
Pedusi jatuh cinta
pada Tuannya
wkakakkakakakakakakaka
BalasHapus