When You are Ready to Love

Photo by : Olivia "Tedong" Kesauliya
Taken at Eko Wisata Mangrove Wonorejo, Surabaya
Luka putus cinta memang butuh waktu sembuhnya. Bisa cepat bisa lambat. Tergantung seberapa patuh kamu minum obat. Semakin kamu merutuk merengek tak terima atas perpisahan, semakin lama pula kamu tak mentas-mentas dari sembilu sakitnya ditinggalkan. Mulailah berpikir positif bahwa sakit pada akhirnya justru akan membawamu bangkit. Satu perpisahan akan menuntunmu pada banyak pertemuan. Lepas dari ikatan hubungan tandanya Tuhan memberimu kesempatan untuk merasakan kebebasan dan menjajal petualangan baru, menjawab tantangan yang sebelumnya selalu kau jawab dengan gelengan.

Mengangguklah. Mengangguklah lebih banyak pada setiap perubahan warna dalam dinding semesta hidupmu. Buat mereka jadi warna-warni, bukan ngawur campur bawur tapi lebih karena menangkap banyak kisah dengan warna berbeda. Berlarilah. Berlarilah lebih jauh selagi belum ada partisi yang membatasi ruang gerak. Melesatlah. Melesatlah seperti anak panah yang ikhlas ditarik kuat ke belakang demi bisa melesat lebih jauh ke depan. Bersinarlah. Bersinarlah lebih terang lagi meneduhkan bagi dunia. Seperti  glow stick yang tak berontak walau harus retak dipatahkan demi bisa bersinar terang membawa warna. Mekarlah. Jadilah cantik. Tanpa berharap akan banyak lebah yang terundang datang. Mekarlah seperti bunga Freesia-polos tanpa motif. Tanpa alasan lain selain karena memang begitulah cara manusia untuk mencintai dirinya. Tak apa menjadi egois, untuk kali ini sungguh tak apa. Tak apa jika cinta sedang tidak ingin dibagi. Cukup nikmati untuk diri sendiri. Sebelum akhirnya memutuskan siap untuk berbagi.

Lalu kapan? Kapan kata siap layak untuk diucapkan? Kapan tiba waktunya bagi perjalanan pribadi ini untuk dicukupkan? Lalu beralih pada keputusan berbagi petualangan dengan rekan baru dalam merekam perjalanan kehidupan?
"Love when you are ready, not when you are alone."
Jangan gegabah menyatakan siap, terlebih karena alasan kesepian. Mulailah mencinta (kembali) saat hati memang benar-benar siap. Ketika diri sudah merasa cukup pengalaman sebagai single traveler dan kini siap menggamit tangan rekan perlajanan, bersama-sama berjalan menjadi  fellow traveler. Juga ketika kamu telah terbiasa dengan hal-hal di bawah ini :
  1. Lebih sering mengatakan "Tuhan Maha Baik" daripada "Kenapa harus saya, Tuhan?"
  2. Lebih senang bangun pagi dan berolahraga daripada menggelar selimut hingga siang, streaming drama korea !
  3. Lebih banyak bilang "Sini aku bantu" daripada "Eh tolongin ya"
  4. Lebih senang minum jus buah daripada coke atau vodka
  5. Berhenti merokok, karena mulai concern dengan kesehatan sama sayang duit kok dibakar
  6. Jauh lebih supel, kalau bisa ga ada lagi istilah stranger
  7. Beralih dari celana gemes ke celana atau rok panjang yang lebih sopan. Sedekah ada cara lainnya, dengan tetap menghargaimu sebagai wanita
  8. No fast food, no junk food !
  9. Makan di restaurant sendirian, oke-oke saja
  10. Keluarga, sahabat, teman, kolega, rekan kerja, pacar : punya porsi sama untuk dicintai !
  11. Berani bilang ke muka sendiri : Aku terlalu begini begitu, kurang ini itu. Ayo, mulai sekarang harus berbenah !
  12. Lebih sering bilang "Syukurlah" daripada "Ah, andaikan"
  13. Setiap pencapaian bukan lagi sesuatu yang harus dipamerkan. Bagimu mereka lebih seperti layaknya makanan sehari-hari, penting tapi tak semua orang harus tahu
  14. Lebih sungkan bilang "Yah, udah ditransfer?" dan pernyataan "Yah uangnya udah adek transfer ya" jadi kalimat idaman
  15. Tiga rambu komunikasi sudah kamu kuasai dengan baik : Maaf, Tolong, Terima Kasih
  16. Setiap keluarin duit bukan atas dasar "Ih ini lucu deh" tapi karena "Aku memang butuh ini"
  17. Berhenti kebiasaan begadang karena sadar ga baik buat kesehatan, bukan hanya karena sekedar takut sama mata panda
  18. Pakai masker dan sarung tangan saat berkendara. Bukan cuma karena takut kulit jadi item, tapi lebih karena kesadaran bahwa polusi dan UV bisa berbahaya buat kesehatan
  19. Saya sudah besar, hidup saya di masa depan sepenuhnya bergantung pada pilihan saya di masa sekarang. Penanggung jawab segala keputusan adalah saya. Tentu harus lebih bijak kedepannya.
  20. Kamu sudah tidak lagi refleks menutup telinga saat mendengar cinta lama disinggung dalam pembicaraan.
  21. Tangan kamu ringan melambai saat berpapasan dengan cinta lamamu. Senyum tak lagi dipaksa. Riang mulut menyapa.
  22. Mata tak lagi dipasang radar, yang setiap kali cinta lama ada di sekitar, lekas-lekas kamu lari menghindar
  23. Kamu tidak lagi merasa bahwa menjalin komunikasi kembali dengannya adalah sesuatu ancaman bagi keberhasilan move on-mu
  24. Kamu tidak lagi mempermasalahkan dengan siapa ia menjalin hubungan di kemudian. Bagimu pertanyaan "Dengan siapa aku akan menjalin hubungan di kemudian?" jauh lebih menggelitik untuk ditanyakan pada Tuhan
  25. Kamu sepenuhnya menyadari dan paham bahwa someone-mu selanjutnya bukanlah sekedar pacar untuk dipamerkan. Dia lebih sebagai rekan seumur hidupmu, calon Ayah bagi anakmu juga calon menantu bagi Ayah dan Ibumu. Dan kamupun lebih berhati-hati dalam menyeleksi.

Komentar

Postingan Populer